Kamis, 07 Juli 2011

bX-d1bpu9
Informasi tambahan

rebung oleh Yeni Wijayanti pada 29 Maret 2011 jam 0:36

Alkisah, tersebutlah seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup. Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.



“Tuhan,” katanya. “Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah ?” Jawaban Tuhan sangat mengejutkan.



“Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu ?”.

“Ya,” jawab pria itu.



“Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik. Aku memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi Aku tidak menyerah.



“Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah.



“Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Tapi Aku tidak menyerah. Di tahun ke-4, masih juga belum ada apapun dari benih bambu. Aku tidak menyerah,” kataNya.



“Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna. Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki. Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup. Aku tak akan memberi cobaan yang tak sangup diatasi ciptaan-Ku, “kata Tuhan kepada pria itu.



“Tahukah kamu, anak-Ku, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?”



“Aku tidak meninggalkan bambu itu. Aku juga tak akan meninggalkanmu. “

“Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata Tuhan.

“Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah.”

“Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi.”



“Saya akan menjulang setinggi apa ?” tanya pria itu.



“Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?” tanya Tuhan



“Setinggi yang bisa dicapainya,” jawab pria itu.



“Ya, benar! Agungkan dan muliakan nama-Ku dengan menjadi yang terbaik, meraih yang tertinggi sesuai kemampuanmu, ” kata Tuhan.



Pria itu lalu meninggalkan hutan dan mengisahkan pengalaman hidup yang berharga ini.



Diposkan oleh ed firdaus

doa tanpa syarat oleh Yeni Wijayanti pada 29 Maret 2011 jam 19:57

Barangkali kita sudah sering mendengar tentang kasih tanpa syarat. Kasih tanpa syarat ditunjukkan oleh orang tua kita kepada kita anak-anaknya. Mereka tetap mengasihi dan merawat kita tidak peduli seperti apa keadaan kita. Kasih tanpa syarat juga ditunjukkan oleh Bapa kita di Sorga. Anugerah keselamatan-Nya diberikan bukan karena kebaikan kita, namun semata-mata karena kemurahan-Nya. Tapi, pernahkah kita mendengar tentang doa tak bersyarat? Itulah doa yang dinaikkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

Ketika ancaman dapur api sudah di depan mata, dengan lantang mereka berkata,”Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Dan. 3:17-18) Bayangkan betapa tersentuhnya hati Tuhan mendengar pengakuan iman seperti itu. Saya membayangkan Sorga langsung gempar! Para malaikat menggeleng-gelengkan kepala dan bersorak sorai, air mata haru Bapa di Sorga menitik di pipi-Nya.

Beranikah kita mengucapkan doa seperti yang diucapkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego? Bisakah kita tetap mengucap syukur seandainya jawaban doa Tuhan enggak sesuai dengan harapan kita? Mampukah kita tetap berkata “Tuhan itu baik” meski kenyataannya pahit bagi kita? Kita patut bersyukur memiliki Bapa yang begitu baik. Tuhan tidak pernah meremehkan iman sebesar biji sesawi sekalipun. Ketika kita sungguh-sungguh berdoa dengan iman, mempercayai Tuhan dengan sepenuh hati - maka lihatlah Tuhan justru bekerja dengan cara-Nya yang ajaib menolong dan menyelamatkan kita. Di akhir cerita kita tahu Sadrakh dkk. selamat dari dapur api. Terjemahan King James menyebutkan pengakuan Nebukadnezar ,”Lo, I see four men loose, walking in the midst of the fire, and they have no hurt; and the form of the fourth is like the Son of God.” (Dan.3:25) Orang yang keempat yang dilihat Nebukadnezar dalam perapian itu rupanya seperti Anak Allah. Yesus sendiri hadir menyertai mereka, berjalan di dalam api untuk menyelamatkan mereka. Haleluya!

Mur dan baut

Kemarin sepeda ontelku pidale copot. Aku coba cari tahu. Eh ternyata... mur nya kehilangan baut. Tacoba masangke karo mur liyane, wuich angele poll.

Sedikit ilustrasi, gambaran itu menggambarkan kita. Entah yg masih sekolah, kerja dan yang berkeluarga.

Mur dan baut, memiliki bentuk yg unik, sesuai dan saling mempererrat.

Anak sekolah, dr jenjang apapun

- masalah sahabat, jk kita sdh mdpat seseorg shbat yg bener2 mngerti kita suka dan duka. Sahabat itu akan memberikan saran dan kritik yg mbangun, arep mbo goleki kaya apa susahe pool...

- untuk sbuah pemahaman kita akan suatu pelajaran, kita pasti sdh mdapatkan cara dan metode yg pas, nek seandainya dterapkan k yang lain pasti btuh pnyesuaian.

Yang sudah bekerja dan mencari kerja dan Yg mencari dan sudah menemukan pasangan hidupnya dan Yg sudah bkeluarga

- Mur dan baut bagaikan pasangan yang saling melengkapi dan seimbang satu sama lain. Ssudah dirancangKan kalo ini dg itu,

- Utk pekerjaan, jika itu memang panggilan hati dan kbanyakan profesinya sdh mulai dtekuni dg sungguh-sungguh dan iklhas, maka pkerjaan yg dkerjakan akan enak.

- Yg mcari pkerjaan, sjauh engkau berusaha,, pastilah akan ktm dan akan mdapat, spt mintalah maka akan dberikan pdmu, carilah maka engkau mendapat.

- Bagi yg bkeluarga, suami dan istri itu saling melengkapi dan membangun satu sama lain, bertukar pendapat.
Sebuah Ilustrasi Cinta Allah II Samuel 9:1-13 II Samuel 9:1-13
oleh Yeni Wijayanti pada 31 Maret 2011 jam 0:32

Sebuah Ilustrasi Cinta Allah

II Samuel 9:1-13 II Samuel 9:1-13

February is the month that we generally turn our minds toward thoughts of love. Februari adalah bulan yang biasanya kita mengubah pikiran kita menuju pikiran-pikiran cinta. We express our love to others, and yet it is only because of God's love toward us that we can know how to love Him and one another. Kami menyatakan cinta kita kepada orang lain, namun hanya karena kasih Tuhan terhadap kita bahwa kita dapat mengetahui bagaimana mencintai-Nya dan satu sama lain. John wrote, "We love Him, because He first loved us." Yohanes menulis, "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." This morning I want us to look at a vivid illustration of God's love to us. Pagi ini saya ingin kita melihat gambaran yang jelas tentang kasih Allah kepada kita.

To lay the foundation for what we are about to consider we need to understand that we are looking at a change in leadership of the nation of Israel. Untuk meletakkan dasar bagi apa yang kita akan mempertimbangkan kita perlu memahami bahwa kita sedang melihat perubahan dalam kepemimpinan bangsa Israel. Saul's kingdom had been withdrawn because of his disobedience toward God and David is now in power. kerajaan Saul telah ditarik karena tidak taat terhadap Allah dan David sekarang berkuasa. It was the custom for new kings to destroy any of the household of the previous leadership in order to prevent any conflicts from arising. Itu adalah kustom untuk raja-raja baru untuk menghancurkan salah satu rumah tangga kepemimpinan sebelumnya untuk mencegah terjadinya benturan dari timbul.

But David was not just any king, he was a man after God's own heart. Tetapi Daud tidak hanya raja apapun, dia adalah orang yang setelah hati Allah sendiri. Saul had been the people's choice, but David was God's choice! Saul telah menjadi pilihan rakyat, tapi David adalah pilihan Tuhan! It was from the line David that the Messiah would eventually come. Itu dari garis Daud bahwa Mesias akhirnya akan datang. In many ways, David typifies the Lord Jesus Christ. Dalam banyak hal, Daud melambangkan Tuhan Yesus Kristus.

I. Note the Concern of the King. I. Perhatikan Kepedulian Raja tersebut. v1-3 v1-3

SAHABAT oleh Yeni Wijayanti pada 31 Maret 2011 jam 1:08

Cara menjaga persahabatan

Yakobus 5 : 16
" Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."



S- setia, sabar, sayang

...A- alami, anugrah, abadi

H-hangat, humoris, hebat

A- adil, aman, akrab

B- bijaksana, baik, benar

A- akur, antusias, asik

T- tegar, tulus, tekun





mengasihi orang yang baik kepada kita sangatlah mudah, wajar dan tidak ada yang istimewa.

tapi sekarang, bagaimana mengasihi orang yang menyakiti kita dengan tulus.
disinilah letak kemurnian kasih kita diuji.

pisang untuk belajar eh,,, bonggol pisang untuk pembelajaran oleh Yeni Wijayanti pada 04 April 2011 jam 23:17

temen-temen, sekelumit sedikit sharing,, hari ini, ada pelajaran yang kudapat dari pisang saat ak memakannya.. kenapa mesti pisang sich?? mesti bingung? sami mawon.

temen-temen semua pasti tahu pohon pisang? tafsirkan dan lukiskan sendiri deh.. soalnya yeni ga bs buat mendisripsikan secara jelas, tp kalo mau tau pohon pisang kaya apa? dilihat di dekat rumah deh. atau dmana gt.. nek tetep ga da, di dekat rumahku masih ada.

temen-temen, secara biologi, pohon pisang gakkan mati walopun sudah dtebang sebelum pohon pisang sebut saja si Bonggol mengeluarkan buah (pohon pisang kerenne ben mudah memanggil).

gak percaya?? coba aja deh, cari pohon pisang apapun itu, tegor / tebang deh, nanti pasti keluar/ bertumbuh lagi dari dalam batangnya keluar deh.

ak pernah dengan mata kepalaku sendiri melihat sebatang pohon pisang dbelakang rumahku yang ditebang ayahku karena merusak pemandangan alias ngalang-ngalangi srengenge sumunar.

eh ternyata,, usul boleh asal tp asal ga blh usul,, ternyata, pohon yang ditebang itu mengeluarkan tunas lagi dalam badan pohon alias urip meneh beda dengan beranak lhoo??!!

sampai jengkel ayahku memotong (mungkin jg krn ga pohon pisang kami). dan stelah dibiarkan besar, pohon tersebut berbuah dan buahnya lebat. sampai-sampai buah tu sudah hilang sebelum yang punya kebun mengambilnya, eh ujung-ujungnya kelgku yg ken tuduh.

tp bukan soal tuduhan yg pengen ak bagikan.



belajar dari sebuah pohon pisang lebih tepate debog.. saat pohon tersebut belum berbuah, arep po mbo pateni, tetep akan bertumbuh untuk hidaup dan berjuang sampai dapat berbuah. dari situ dalam diambil pelajaran berharga, sekeras apapun keidupan ini, entah terkadang kamu dihimpit sampai seeeseeek, dimatikan dan dijatuhkan dengan sangat kerasnya, entah selama ini kamu dianiaya sampai ga bs bernapas, ataupun entah terpaan hidup baik dalam keluarga, pelayanann, pekerjaaan dan permsalahan yg lainne, tp satu yang Tuhan ingin dan dharapkan, kita bs berbuah pada akhinya dan dikmati org bnyak.

yang jelas, untuk menghasilkan sebuah buah dari suatu perbuatan tdk smudah membalikkan telapak tangan ataupun memotong rambut disalon. tapi, spt halnya pohon pisang yang kadang ditebang krn dirasa, halah ah,,, gedhang tek!halah agh ra enak! halah ah,, ini itu tek,,

kita harus tetap bertumbuh dan berbuah lebat, melalui perbuatan dan perkataan kita.

intinya sekeras apapun, tetep harus berjuang untuk menghasilkan buah, jangan menyerah dan mati ditengah jalan alias menyerah, namun bangkit dan tunjjukkan bahwa kita bisa krn Tuhan ada dan kasihNYa itu slalu bersama kita dan tidak pernah berubah..

sebuah pisang selalu akan berbuah walopun tempatnya kebanyakan air atau kekurangan air, dan kesemuanya itu spt hidup kita.

nah ambillah waktu dan renungkan apa pembelajaran yang dapat kita petik dari poho pisang ini. sdemangat, kuberharap, ada sesuatu yg saudara dapat,,, GBU...